Selasa

RINDU


Lembutku kenang… kasihmu ibu… di dalam hati… ku kini menannggung rindu…
Kau tabur kasih… seumur masa… bergetar syahdu… ooh didalam nadiku…
Sembilan bulan… ku dalam rahimmu… bersusah payah… ooh ibu jaga diriku…
Sakit dan lelah tak kau hiraukan… demi diriku oh Ibu buah hatimu…
Tiada kumampu…membalas jasamu…
Hanyalah doa disetiap waktu….
Oh ibu… tak henti… kuharapkan doamu… mengalir disetiap nafasku…
Ibuuuuuuuuuuuuuu…..ibuuuuuuuuuuuu…oh….ibuuuuuuuuuuuuuuuuu
Lembutku kenang… kasihmu ibu… didalam hati… ku kini menannggung rindu…
Kau tabur kasih… seumur masa… bergetar syahdu… ooh didalam nadiku…
Indah bercanda denganmu ibu, didalam hati, ku kini selalu merindu
Sakit dan lelah tak kau hiraukan demi diriku oh ibu buah hatimu
Tiada kumampu membalas jasamu
Hanyalah doa disetiap waktu
Oh ibu tak henti kuharap doamu mengalir disetiap nafasku
Allahummaghfirlii waliwalidayya warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghiraa…
Lembut ku kenang kasihmu ibu….

   Sayup  lirik syahdu ini terdengar mengalun indah dari vocal sang musisi Aceh yang terkenal dengan ketinggian nada suaranya dari smartphone milik suami sore itu. Lirik dan nadanya sukses membuat dada ini sesak dan air mata tak terbendung. Berbagai memori kebersamaan bersama almarhumah mama pun bermunculan. Saya rindu. Ah,,,tak tahu rasanya bagaimana menggambarkan rasa rindu yang sangat ini. Rasa rindu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya terhadap seseorang. Rindu yang menyesakkan dada. Rindu yang tak mungkin lagi terbayar di dunia ini, kecuali di satu tempat saja nantinya yaitu SURGA. Ya Rabb..Kumpulkan kami kembali di surgaMu.

      Dua bulan lebih sudah mama pergi untuk selamanya meninggalkan dunia fana ini dan kembali kepada Sang Pencipta. Walaupun saya ikhlas dan ridho atas kepergiannya, tapi rasa kehilangan tetap tak bisa ditutupi. Kembali terkenang saat¬-saat terakhir kehidupan mama. Pagi itu tiba-tiba adik bungsu saya mengabari bahwa mama tiba-tiba sesak. Mendengar kata sesak saya benar-benar panik. Kondisi itu yang sejak 2 mimggu sebelumnya saya khawatiri dirasakan mama dan selalu saya tanyakan ke mama setiap jumpa dan menelpon, ”Ma, ada sesak gak?.” Dan setiap saat jawabannya tetap sama, tidak. Pasalnya selama 2 minggu itu mama memutuskan tidak mau lagi menjalani rutinitas hemodialisis atau istilah awamnya cuci darah. Iya, Mama tercatat sebagai pasien gagal ginjal kronis selama 3 bulan terakhir. Kondisi tersebut mengharuskan beliau untuk rutin menjalani hemodialisis minimal 2 kali seminggu selama minimal 4 jam setiap sesinya. Semenjak itu kondisi tubuh mama semakin drop. Puncaknya adalah dua minggu sebelum kepergiannya, Mama tidak mau lagi menjalani rutinitas cuci darah. Sakit sekali, itu alasan beliau. Berbagai cara udah kami gunakan untuk membujuknya, tapi beliau tetap teguh sama pendiriannya. Terpaksa kami mengikuti keinginannya. Tak ingin berpasrah diri, akhirnya kami menerima masukan seorang teman untuk membawa mama berobat alternative terapi saraf. Kami tetap berikhtiar  mencari kesembuhan untuk mama. Alhamdulillah dua kali menjalani terapi, mama lumayan membaik. Beliau sudah bisa BAK walaupun masih belum banyak, dibandingkan sebelumnya tidak pernah BAK sama sekali lagi.  Ginjalnya sudah mulai aktif kembali. Tapi perasaan khawatir cairan dalam tubuh mama menumpuk karena tidak menjalani hemodialisa tak bisa ditepis. Qadarullah yang dikhawatirkan terjadi. Tiba-tiba mama sesak. Tapi beliau tetap tidak mau dibawa ke Rumah sakit. Hari itu saya terpaksa tidak mengikuti keinginan beliau. Saya tak mungkin membiarkan beliau sesak seperti itu tanpa penanganan. Saya harus berikhtiar. Setibanya di rumah kakak, saya langsung minta tolong Om daud, adiknya mama, mengangkat mama ke mobil untuk dibawa ke Rumah Sakit. Sepanjang perjalanan mama sesak. Sambil tetap berusaha kuat agar tidak menangis, sepanjang perjalanan dari rumah ke Rumah Sakit Budi Kemulian Batam, yang menghabiskan waktu lebih kurang 30 menit, saya mengajak mama untuk terus menyebut dan mengingat Allah. Alhamdulillah tak pernah putus itu keluar dari lisan mama. Ketika tiba-tiba mama bilang haus dan saya meminumkannya, tapi mama gak bisa minum, saya mulai curiga. Apakah saatnya telah tiba? Ya Allah, kalau memang waktunya akan tiba, saya ridho ya Allah, saya ikhlas.
Sampai dirumah sakit, mama sudah mulai tak sadarkan diri. Beliau segera ditangani oleh dokter dan paramedis lainnya. Apalagi setelah mereka tahu kalau mama adalah pasien tetap penyakit ginjal di situ. Tak berselang lama, mama mulai di Hemodialisa. Bergantian , saya, kakak, dan adik menjaga mama di ruangan, karena kami membawa anak-anak ikut serta. Jadi kami juga harus bergantian menjaga mereka di luar. Sesekali beliau sadar, tetap yang keluar dari lisan selaiu kalimat thoyyibah, Laa ilaha illallah atau kadang hanya ”Allah..Allah..Allah” diantara nafasnya yang tersengal-sengal, kemudian tidak lama beliau kembali tak sadarkan diri. Ketika proses hemodialisa masih dilakukan, kira-kira sudah 2 jam sejak mulai HD, mama kembali sadar. Kali ini mama dengan tegas meminta agar semua alat-alat medis yang melekat di badannya dibuka. Saya meminta mama bersabar sambil terus mengajak beliau berzikir dan menyebut nama Allah serta mentalqinkannya dengan tangisan yang tersekat. Allah..saya harus kuat. Saya elus dada dan kepala mama sambil juga membacakan ayat-ayat Alquran ditelinganya hingga beliau tenang dan tak sadarkan diri lagi. Selama sadar mama selalu menyebut Allah..Allah..Allah. Melihat mama sudah tenang dan terlelap kembali, saya keluar ruangan sebentar karena Baby Hamzah menangis dan digantikan adik saya. Sebelum keluar saya menghidupkkan murattal dari smartphone dan meletakkan di dekat kepalanya.
Di ruang tunggu, saya menyusui Hamzah dan menyuapi anak-anak yang belum makan dari siang. Setelah semua beres, saya segera kembali masuk menggantikan adik yang mau sholat karena waktu ashar telah tiba. Murattal masih berputar dan mama masih tertidur dengan tenang. Saya tidak tahu saat tak sadarkan diri itu, apakah mama tertidur atau pingsan. Tak lama saya duduk disamping mama, tiba-tiba alat HD berbunyi dan error. Saat itulah saya melihat mata mama terbuka sebentar dari tidurnya kemudian tertidur kembali dengan nafas yang tenang, sudah tidak sesak lagi sebelumnya. Apakah mama telah tiada? Fikiran saya berkecamuk. Lutut saya tiba-tiba lemas seolah tak mampu menobang badan saya lagi. Tangisan juga tak tertahankan lagi. Segera saya panggil dokter serta keluar ruangan memanggil adik dan kakak yang menunggu di depan. Dokter dan perawat segera datang mengecek nadi dan detak jantung mama. Kakak saya masuk dan terduduk dilantai tak kuasa menahan tangis. Saat itu dia sedang hamil 1 bulan. 

   Setelah melewati semua prosedur pengecekan, dokter mengambil keputusan dan menyimpulkan bahwa mama telah tiada. Dada saya tiba-tiba terasa sesak dan sakit sekali. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Allah, saya tidak punya ibu lagi. Saya lemas dan terduduk di lantai. Adik saya masuk, tangisannya pecah. Dia memeluk saya erat. Saya tidak boleh lemah, saya harus kuat. Jika saya lemah, kakak saya lemah, siapa yang akan menguatkannya? Saya faham, dia pasti yang paling sedih saat ini. Dia yang merasakan paling kehilangan. Kehilangan tempat bermanja, bercerita, dan meminta doa paling ampuh. Ya Allah, sayangi ibu kami, tempatkan dia di tempat yang mulia disisiMu. Ampuni segala dosanya, terima segala amalnya. Kumpulkan kami kembali di SurgaMu ya Allah.

        Kehilangan terbesar yang saya rasakan dalam hidup adalah kehilangan ibu. Kehilangan sosok yang telah mengandung, melahirkan, serta membesarkan saya dari kecil. Sosok yang memberikan dan sanggup mengorbankan apapun demi anaknya. Sosok yang doa-doanya tak pernah putus menembus langit untuk anak-anaknya meskipun kami sudah jadi istri orang. Sosok yang ikatan bathinnya tak pernah putus, yang tahu jika kami sakit walau jarak membentang dan tak ada yang memberitahukannya. Allah..saya sangat merindukannya. Banyak hal yang belum sempat saya lakukan untuknya. Belum banyak kebahagian yang saya persembahkan untuknya. Kini hanya doa-doa terbaik yang bisa kami persembahkan. 


6 komentar:

  1. Ya Allah mbak... Berderai-derai air mata membaca dan membayangkannya.. semoga ibunda bahagia di syurga ya mbak.. semoga kita menjadi ibunda yang juga dirindukan oleh anak-anak

    BalasHapus
  2. mbak safri...... so touching.. menjadi pengingat semoga kami yang masih memiliki orang tua lengkap bisa membahagiakan mereka saat ini.. Alfatihah untuk almarhumah ibu ya mbak, semoga diampuni dosa-dosanya.

    BalasHapus
  3. Yang sabar ya mbak.... kalau saya ditinggal ayah mbak sejak smk dulu semntara adik saya masih kecil semua,,,,,,, tapi Allah lebih sayang dengan mereka,,,,, semoga ditempatkan di Jannahnya ya mbak amiin

    BalasHapus
  4. Ibu menjadi topik yang paling melow saat dibahas. Nggak ada habisnya dan tak tahan air mata nak jatuh mengalir..........

    BalasHapus
  5. Mrebes mili bacanya mba. Ah saya jadi kangen mama saya.

    BalasHapus
  6. Mewek deh saya, ibu mertua saya juga pasien cuci darah di RSBK mbk, mugkin kenal sama alm. Ibu mbk...

    BalasHapus

J8 : Temukan Buddy-mu

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulilah memasuki pekan terakhir di kelas Ulat-Ulat. Banyak pengalaman dan ilmu baru selama hampir 2 bulan be...