Kamis

Melatih Kemandirian#1 "Ayo berlatih dan berproses bersama"

Bismillahirrahmanirrahim..

Alhamdulillah materi kedua di Kelas Bunda Sayang Batch 3 Institut Ibu Professional sudah selesai dikunyah dan dilahap dengan semangat. Saya sangat bahagia karena materi kali ini juga sangat sesuai dengan kebutuhan keluarga saya saat ini. Bukan hanya materinya yang membuat fikiran semakin tercerahkan, tetapi Game Level 2 ini juga sangat pas. Saat ini saya sedang berusaha keras melatih kemandirian untuk anak-anak di beberapa hal yang masih belum konsisten. Dengan adanya tantangan di game kali ini, akhirnya kami sepakat untuk kembali merumuskan ulang dan detail serta berupaya untuk mendokumentasikan proses melatih kemandirian anak-anak kali ini. 

Dari hasil family forum sederhana kami tadi malam sebelum tidur πŸ˜€ , kami sepakat dan telah mencatat point-point yang akan kami berusaha terapkan  bersama. Point yang menjadi fokus kami adalah hal-hal yang sebenarnya anak-anak sudah bisa namun tidak konsisten disebabkan berbagai alasan. Tantangan kami kali ini adalah di konsistensi. 

Diantara beberapa list kemandirian yang akan kami latih dalam bulan ini untuk Abang Zaid dan Ammar yaitu ,
1. Makan Sendiri
2. Bangun sebelum subuh
3. Mengambil handuk sebelum mandi dan melafalkan kembali ke jemuran handuk

Alhamdulillah, sebenarnya mereka termasuk anak-anak yang sangat mandiri. Entah karena jarak usia yang dekat, sehingga ketika adiknya lahir mereka terbiasa melakukan hal-hal keseharian dengan mandiri, seperti mandi sendiri, cebok (untuk point ini Ammar baru lulus untuk masalah BAK), makan sendiri pakai dan buka pakaian, memakai sepatu, melipat pakaian kecil, membereskan mainan,dan hal-hal sederhana lainnya.



#Harike1
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

RESUME Diskusi MATERI LEVEL#2 Melatih Kemandirian Anak

*MELATIH KEMANDIRIAN ANAK*

_Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?_
Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.
Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.
Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.
_Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?_
Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.
Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita masih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.
_Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?_
☘ *Usia 1-3 tahun*
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu
πŸ”‘ *Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th  adalah sbb :*
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Komitmen dan konsisten dengan aturan
Contoh:
_Aturan berbicara_ :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.
Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.
_Aturan bermain_:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudah tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.
Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.
☘ *Anak usia 3-5 tahun*
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya
πŸ”‘ *Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :*
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Hargai keinginan anak-anak
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Jangan buru-buru memberikan pertolongan
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Terima ketidaksempurnaan
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Berbagi peran bersama anak
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Lakukan dengan proses bermain bersama anak
Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus. Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.
☘ *Anak-anak usia sekolah*
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, maka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.
⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.
πŸ”‘ *Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah*
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko
Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.
πŸ“Œ *Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:*
1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
2⃣Ketrampilan Literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan Mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
πŸ”ŸBerkarya
πŸ“Œ *3 Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :*
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan
_*Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?*_
πŸ“Œ *Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak*
1⃣Rumah harus didesain untuk anak-anak
2⃣Membuat aturan bersama anak-anak
3⃣Konsisten dalam melakukan aturan
4⃣Kenalkan resiko pada anak
5⃣Berikan tanggung jawab sesuai usia anak
_Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak. Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita_

Salam,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
_Sumber bacaan_:
_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014_
_Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara_
_Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi_
[28/11 08.45] ‪+62 812-1287-1755‬: *Tantangan 10 hari  Melatih Kemandirian Anak*
_(Periode 30 Nov - 16 Des 2017)_
Selamat datang di game tantangan kedua
πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰

Dalam tantangan 10 hari di materi kemandirian  kali ini, kita akan memberikan apresiasi kemandirian dalam beberapa kategori yaitu:
πŸŽ€ Bagi Anda yang sudah memiliki putra/i 
πŸŽ€ Bagi Anda yang ingin melatih kemandirian berdua dengan pasangan karena di rumah belum ada anak-anak 
πŸŽ€ Dan Bagi Anda yang masih single
❓❓❓
Bagaimana caranya?

1. Pilih *satu orang saja* selama melakukan tantangan ini. 
❤Bagi Anda yang telah memiliki anak, pilih salah satu dari anak Anda, 
❤ Bagi Anda yang belum memiliki anak, jadikan Anda dan atau pasangan Anda sebagai rekan melakukan tantangan
❤ Bagi Anda yang belum menikah, jadikan diri Anda yang melakukan tantangan ini
2. Buatlah list kemampuan kemandirian apa saja yang ingin Anda latihkan
3. Buatlah program _One Week One Skill_. Dalam satu bulan ini *min*. melatih 1 kemandirian dan *max*. 4 kemandirian.
4. Dokumentasikan proses yang Anda lakukan terkait :
πŸ“Ή Kemandirian anak ➡πŸ‘ͺ
πŸŽ₯ Kemandirian Anda dan atau pasangan ➡πŸ’‘
πŸ“½ Kemandirian diri Anda sendiri➡πŸ‘©πŸ»
Bisa dalam bentuk foto dengan caption atau tulisan narasi  yang Anda posting setiap hari,  minimum selama 10 hari dan max. tak berbatas waktu, tergantung komitmen yang Anda buat.

🎁🎁🎁
Bagi Anda yang berhasil menyelesaikan tantangan ini akan memperoleh badge dasar, baik lompat-lompat hari atau dirapel selama 10 hari sejak tgl 30 nov sampai tanggal 16 Desember 2017.
🎁🎁🎁
Bagi Anda yang berhasil melaksanakan tantangan tanpa dirapel, tanpa loncat-loncat hari selama 10 hari berturut-turut. Maka akan mendapatkan tambahan badge:
*_"You're excellent"_*
🎁🎁🎁
Bagi Anda yang berhasil konsisten 10 hari berturut-turut lalu melanjutkan hingga minimal 15 hari berikutnya tanpa rapel, tanpa loncat hari, maka akan mendapatkan tambahan badge :
*_"You're outstanding performance”_*
Dan mendapatkan kesempatan untuk masuk pertukaran pelajar (perpel).

5. Posting dokumentasi Anda di Blog atau Platform lainnya, disertai hashtag :
#Harike...
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
Dan bagi yg di blog, tambahkan kategori/label :
Bunda Sayang
Melatih Kemandirian
Ibu Profesional
IIP
πŸ“ Setorkan link tulisan anda ke http://bit.do/gamelevel2
πŸ“ˆ Lihat realtime seluruh laporan Anda di http://bit.do/SetoranGameLevel2 
Jika mengalami kendala teknis, hubungi Koordinator Bulanan ya.
Selamat bermain
x

Selasa

Maafkan ummi, Neuk



Adalah suatu kebahagiaan ketika pertama kali mengetahui bahwa di dalam rahim ummi, telah ada sebuah janin. Sebulan setelah menikah dengan yabi, tiba-tiba ummi mulai sering mual, gak bisa nyium makanan atau apapun yang berbau tajam, bawaannya lemes. Segera yabi membeli tespack di apotik, besok paginya ummi pun segera tes, hasilnya seperti dugaan, dua garis bertengger di alat tersebut. Bahagia pasti. Cemas juga iya. Ummi akan segera jadi ibu. Status Single yang baru sebulan berubah menjadi istri, tak lama lagi InsyaAllah juga akan bertambah menjadi seorang Ibu. Akankah ummi mampu menjadi ummi yang baik bagimu dan adik-adikmu kelak? Walaupun seabreg buku parenting juga sudah ummi lahap jauh sebelum Ummi dan yabi ditaarufkan hingga saat kamu tersemai dirahim ummi. Tapi, kecemasan itu tetap berkecamuk di dada ummi. Karena yang ummi tahu, teori dengan praktek tak akan 100% sama. Bismillah, hanya tawakkal dan berdoa kepada Allah setelah ikhtiar bekal ilmu sudah ummi persiapkan. Hingga 8 bulan kemudian kamu hadir dalam kehidupan ummi setelah melewati hari yang panjang dan melelahkan ketika proses persalinan. Sakit...sakit sekali rasanya. Badan ummi gemetaran dan menggigil hebat sore itu. Tekanan darah ummi yang biasanya normal di angka 100-110/70 tiba-tiba naik drastis menembus 190. Bukaan tak kunjung maju bertahan di bukaan 4. Ahh..tak mampu ummi gambarkan rasa sakitnya, kesakitan yang belum pernah ummi rasakan selama 22 tahun ummi lahir ke dunia. Hingga akhirnya pukul 22.00, tangisanmu memecahkan kesunyian malam itu. Semua sakit seakan sirna, tersihir dan terpesona dengan hadirmu. Ummi akhirnya menjadi seorang ibu. Doa panjangpun segera berhamburan dari lisan ummi memohon kepada zat yang menggenggam jiwa agar kebaikan selalu tercurah atasmu wahai permata hati ummi.

Mulai hari itu, sah sudah status ibu tersandang di pundak ummi. Hal pertama yang ummi dan yabi lakukan setelah yabi mengazanimu, adalah menyematkan nama untukmu. Nama indah yang mengandung makna kebaikan. FAWWAZ ZAID AKRAM. Iya, kami sematkan nama salah satu sahabat mulia dalam penggalan namamu sebagai doa agar keimanan, ketaqwaan dan akhlakmu seperti akhlak sahabat mulia itu. Mengikuti rasul mulia Muhammad SAW.

Hari demi haripun ummi dan yabi lalui neuk, mendidik dan membersamai tumbuh kembangmu.  Bahkan ummi rela resign dari kerjaan ummi agar sepanjang waktu ummi bisa bersamamu dan mempunyai kesempatan melihat satu persatu perubahan demi perubahan yang kamu capai.

Tak lama lagi usiamu akan genap 5 tahun sayang. Iya, 16 Desember nanti usiamu genap 5 tahun.
Sangat banyak kesalahan ummi dan yabi terhadapmu neuk. Kamu yang menjadi tempat pertama kali ummi dan yabi uji coba semua teori parenting yang ummi dan yabi dapatkan. Kamu lahir ketika ummi dan yabi masih sama-sama baru saling mengenal dan menyesuaikan karakter dan kepribadian masing-masing. Kamu lahir ketika perekonomian keluarga kita masih terombang ambing. Bahkan tak lama berselang adikmu pun lahir, sehingga perhatian ummi dan yabi juga harus terbagi. Ketika usiamu baru menginjak 2 tahun, ummi dan yabi sudah membebaniku dengan tanggung jawab sebagai seorang kakak.

Tapi, percayalah sayang, bahwa walaupun  perhatian ummi dan yabi terbagi, tapi kasih sayang ummi dan yabi tak berkurang sedikit pun. Kasih sayang ummi dan yabi tetap 100% tercurah kepada masing-masing kalian. Ummi dan yabi tak pernah sedikitpun membanding-bandingkan kalian.

Ummi bangga padamu neuk. Kamu anak yang sangat mandiri. Bahkan sangat senang membantu  ummi tanpa ummi suruh. Menjadi asisten ummi ketika adik-adik lahir. Dan itu sangat berharga dengan kondisi kita yang merantau jauh dari keluarga serta tak punya ART.

Terimakasih sayang, terima kasih sulungku,terimakasih sudah memilih ummi menjadi ibumu. Maafkan atas semua kesalahan ummi dalam mendidik dan membesarkanmu. Bantu ummi dan yabi ya neuk, agar menjadi orangtua yang semakin baik. Mari kita belajar dan bertumbuh bersama. Full love for U ya Aulady.

Jazakillah Khair juga kepada mbak Juli yang menang arisan Rulis kali ini dan mengangkat tema "Ungkapan hati untuk buah hati" sehingga tulisan ini bisa hadir dan menjadi pengingat saya kembali agar banyak-banyak minta maaf kepada si Sulung.

Minggu

ALIRAN RASA KELAS BUNDA SAYANG "KOMUNIKASI PRODUKTIF"

Alhamdulillah, hampir sebulan berada di Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Professional. Materi pertama, kami dihadapkan dengan tema "Komunikasi Produktif".  Di materi komunikasi Produktif ini, saya belajar bahwa jika saya mengharapkan orang lain faham sesuai dengan apa yang saya sampaikan, maka saya harus bisa menyampaikan dengan baik, saya harus faham dan mampu mengkomunikasikan maksud saya dengan  benar. Iyess..komunikasi produktif, terutama kepada orang-orang terdekat saya, yaitu suami, anak-anak, dan orangtua. Setelah meriview perjalanan kehidupan rumah tangga saya sejak awal menikah hingga saat ini Allah amanahi 3 buah hati, ternyata masih sangat banyak kesalahan dari cara berkomunikasi saya. Inilah juga penyebab hadirnya sedikit riak-riak kecil diperjalanan keluarga kami. Kesalahpahaman yang dulu kerap terjadi hingga berujung tangisan di malam hari karena kekesalan terhadap sikap suami, ternyata lebih banyak muncul karena kesalahan saya berkomunikasi. Maklum pengantin baru yang mengenal suami pertama kali setelah saat ijab Qabul. πŸ˜‚ Begitu juga terhadap anak-anak, seringkali anak-anak tidak menurut atau mendengar keinginan kami, ternyata cara maupun waktu penyampaiannya yang masih kurang tepat.

Setelah hampir sebulan ini berusaha menjalani tantangan Komunikasi produktif dengan anak-anak dan pasangan,







Sabtu

Portofolio anak oleh Ust Harry Santosa


Portfolio Pendidikan Anak

Baik anak bersekolah maupun tidak, tidak mengurangi sedikitpun tanggungjawab orangtua untuk mendidik anaknya. Permulaan tahun ini barangkali teman teman AyahBunda perlu untuk mulai mengembangkan Portfolio Pendidikan Anak. Para Guru nampaknya juga memerlukan portfolio siswanya yang dibuat oleh orangtua sehingga ada kerjasama dan sinergi.

Apa itu Portfolio Pendidikan Anak?

Hari ini portfiolio pendidikan semakin dibutuhkan. Portfolio ini sebenarnya adalah laporan dan dokumentasi perkembangan anak termasuk bukti (evidence) berupa karya, hasil kerja, atau capaian anak. Portfolio dalam bentuk primitif nya disebut Raport. ,

Raport yang kita kenal hampir satu abad lebih itu, dianggap sudah tidak relevan lagi dengan zaman maupun relevan dengan aspek potensi keunikan dari tiap anak yang berbeda. Karena Raport pada umumnya tidak dapat menggambarkan keseluruhan perkembangan dan capaian anak dalam pendidikan.

Portfolio atau sering ditulis dengan “Portofolio” sendiri berasal dari kata Port (laporan) dan Folio (penuh atau lengkap), yang artinya laporan yang lengkap dan menyeluruh. Intinya, karena setiap anak secara individual diakui “unique” baik dalam potensi, gender, perkembangan, kebutuhan, skill dan knowledge relevan, serta perkembangan sikap maka Portfolio ini diperlukan.

Karenanya Portfolio Pendidikan anak ini bukan sekedar Folder atau kotak yang berisi halaman evaluasi penilaian dan dokumentasi serta hasil karya anak apalagi hanya akademis semata, namun juga refleksi atas pola perkembangan dan capaian anak.

“Refleksi adalah hasil observasi, empati, analisa, dari sebuah kegiatan atau proyek pendidikan anak”. Jika dahulu hanya fasilitator yang mengisi seperti Guru atau Coach, sekarang orangtua, anak dan semua yang terlibat bisa menuliskan hasil refleksinya.

Mengapa Kita Memerlukan Manfaat Membangun Portfolio Anak

Dengan membangun Portfolio Pendidikan Anak maka para Orangtua akan jauh lebih mengenal anaknya, akan lebih memahami pola perkembangan dan pola potensi keunikan fitrah anak. Hal ini karena Portfolio akan memberikan rekam jejak, melalui pencatatan jurnal kegiatan atau dokumentasi jurnal kegiatan, disertai lampiran bukti bukti (evidence) produk atau karya, bisa dalam bentuk tulisan, audio, video, dll.

Jika anak kelak memilih jalur profesional, maka profesional sertifikat atau expert recommendation ikut dimasukkan dalam Portfolio. Banyak universitas atau perusahaan modern lebih membutuhkan Portfolio dibanding ijasah.

Tidak hanya itu, tetapi portfolio juga termasuk merekam refleksi Orangtua, Fasilitator, Maestro, Pendamping Sipritual, juga anak sendiri atas kesan, perasaan, fikiran yang dialami atas kegiatan atau proyek atau pemagangan yang dilakukan anak.

Dalam jangka panjang, akan terkumpul banyak portfolio, maka akan terlihat pola keunikan dan pola kebutuhan pengembangan anak yang disebut profile potensi dan pengembangan anak. Maka bisa dipilih porfolio mana yang paling mendekati pola kebutuhan pengembangan potensi anak sesuai profile potensinya itu sehingga kelak dapat disusun Personalized Curriculum yang lebh fokus dan terarah.

Jika anak bersekolah, maka sekolahpun akan terbantu dengan adanya Portfolio Pendidikan Anak yang dikembangkan oleh para orangtua maupun anaknya sendiri.

Manfaat dari sisi anak, tentu banyak, diantaranya adalah membantu anak bagaimana mereka melihat dirinya, mendorong tanggungjawab pada proses pendidikan serta keberanian untuk berfikir, merasa dan bertindak dengan cara yang lebih bermakna, mendorong intelectual curiosity, memfasilitasi self awareness dan discovery, mengekspresikan apa yang mereka ketahui, apa yang mereka passion untuk dilakukan dengan bermakna, unik, dengan cara yang lebih kreatif.

Sebagai catatan, ada pertanyaan, apakah anak usia 3-6 tahun dapat dilibatkan? Walau ada yang meragukan bahwa anak di usia 3-6 tahun sudah dapat diminta terlibat dalam mendokumentasikan kegiatannya termasuk memberikan refleksi atas kegiatan yang dilakukan, ternyata pada prakteknya mereka justru antusias membantu dan terlibat.

Berikut adalah Langkah Langkah membangun Portfolio Anak,

Langkah 1. Tuliskan Filosofi atau Konsep yang Diyakini

Banyak orang berfikir bahwa mendidik anak adalah masalah teknis semata. Lalu sibuk perihal teknis. Padahal banyak kasus dimana para orangtua bahkan pendidik yang disorientasi dan misorientasi dalam prakteknya, karena ketidak kokohan dalam fondasi filosofi atau konsep pendidikan anaknya.

Jadi hal terpenting pertama dalam menyusun Portfolio Pendidikan Anak adalah Philosophy atau Concept atau Narasi Besar yang menyatukan keseluruhan bangunan Portfolio Pendidikan Anak. Ini semacam fondasi dan asumsi. Tanpa adanya filosofi atau konsep maka akan sulit menstrukturkan bangunan portfolio pendidikan anak di atasnya.

Misalnya, mereka yang menganut paham Behaviorisme, dimana perilaku dan prestasi anak bisa dilejitkan dengan drilling, pengulangan, pembiasaan, reward n punishment, over stimulus, intervensi dll tentu akan berbeda dengan mereka menganut paham Esensialisme maupun Fitrah. Mereka yang menganut Deficit Based tentu berbeda dengan yang menganut Strengths based.

Filosofi ini kemudian dituliskan dalam “Portfolio Charter” (Piagam Portfolio), pada bagian “Philosophy/Concept Statement”, misalnya

“Saya meyakini bahwa setiap anak lahir dengan membawa fitrah fitrah yang baik, dan saya meyakini bahwa apabila semua aspek fitrah itu tumbuh dengan indah paripurna maka kelak anak saya akan memiliki peran peran terbaik sesuai aspek fitrahnya itu.

Secara keimanan, saya meyakini bahwa anak lahir telah membawa fitrah keimanan karena mereka telah bersaksi bahwa Allah adalah Maha Pencipta, Maha Pemberi Rezqi, Maha Memiliki dstnya sehingga tugas saya adalah menguatkan aspek fitrah ini dengan membangkitkan ghirah cinta mereka pada Allah, RasulNya dan Agamanya melalui keteladanan dan atmosfir keshalihan di rumah saya bersama keluarga.

Saya meyakini bahwa setiap anak adalah pembelajar sejati yang tangguh sejak lahir, mereka memiliki nature curiosity dalam belajar dan bernalar dstnya, maka tugas saya tidak banyak mengajarkan namun mengaktifasi dan membangkitkan gairah belajar mereka dengan idea idea belajar dan bernalar yang menantang serta inspirasi belajar yang hebat.

Saya meyakini setiap anak saya…..dstnya” .

Bisa juga ditambahkan dengan komitmen pada diri ayah atau bunda atau pendidik, misalnya

“Saya menyadari bahwa sesungguhnya Allahlah Pendidik Sejati bagi anak anak saya, maka saya ridha dan bertawakal atas semua ketentuan Allah, saya berdoa agar Allah membimbing saya, mengkaruniakan rasa syukur dan shabar, memberikan banyak hikmah kepada saya dalam mendidik anak anak saya. Untuk itu saya senantiasa melakukan Tazkiyatunnafs agar Allah berikan Qoulan Sadida, yaitu ucapan dan tutur yang berkesan mendalam, hati yang tenang dan penuh empati, idea yang bernas dan keren, sikap dan perilaku yang pantas diteladani…. dstnya”

Tanpa Filosofi atau Konsep maka kelak akan sulit mengintegrasikan keseluruhan bangunan Portfolio Pendidikan Anak

Langkah ke 2. Tuliskan Portfolio Plan (Perencanaan Portfolio)

Perencanaan meliputi Purpose, Type, Pihak Terlibat, Framework yang digunakan, Teknik Refleksi yang digunakan dstnya.

Langkah ke 2. Tuliskan Portfolio Plan (Perencanaan Portfolio)

Perencanaan meliputi Maksud (Purpose), Jenis (Type), Structure, Pihak Terlibat (Audience), Jangka Waktu (Timeframe), Standar/Framework yang digunakan, Evidence/Artefacts (bukti kegiatan), Teknik Refleksi yang digunakan, Major Learning, dstnya.

Sebagai catatan bahwa perencanaan Portfolio berbeda dengan merencanakan program pendidikan secara keseluruhan. Perencanaan portfolio adalah perencanaan dokumentasi dari pelaksanaan program pendidikan.

Dalam banyak hal perencanaan program pendidikan seperti personalized curriculum, pengembangan bakat dll diperoleh dari pembacaan atas pola unik anak dari rangkaian portfolio dalam jangka waktu tertentu.

Tahap perencanaan ini menyesuaikan kebutuhan dan keunikan keluarga dan anak masing masing termasuk juga kebutuhan Orangtua atau Pendidik. Hanya perlu dibuat di awal program untuk jangka waktu tertentu, misalnya 2 tahun atau 3 semester dsbnya.

Perencanaan Portfolio ini harus menjawab: Mengapa saya melakukan ini? (Purpose), Apa Tipe yang cocok untuk maksud tersebut? (Type), Bagaimana dan dimana saya menggunakannya (Context), Bagaimana komponen distrukturkan (Structure), Kepada siapa Portfolio ini diarahkan? (Audience), dstnya.

Secara umum, Maksud (Purpose) dari pembuatan Portfolio ada 4, yaitu
1. Untuk memfasilitasi Pertumbuhan anak (Developmental Portfolio). Portfolio ini berfokus tunggal pada salah satu aspek pertumbuhan anak. Anak anak special needs atau anak dengan keunikan khusus umumnya menggunakan Portfolio ini.
2. Untuk menyediakan Basis Evaluasi atau Persiapan Ujian (Assessment/Standard based Portfolio). Portfolio ini biasanya digunakan di sekolah karena harus memenuhi standar tertentu atau juga digunakan untuk persiapan ujian atau sertifikasi.
3. Untuk menyoroti kinerja dan kapabilitas anak (Showcase Portfolio). Portfolio ini sifatnya atau konteksnya sangat personal, dapat digunakan untuk memahami pola potensi anak atau untuk pengembangan bakat melalui beragam kegiatan maupun proyek.
4. Untuk merekam proses belajar anak dan konten pengetahuan yang dikuasai (Learning Portfolio). Portfolio ini bisa menggunakan standar, bisa pula freedom sesuai minat dan kebutuhan anak.

Tidak perlu khawatir dengan pilihan, karena kita bisa mengkombinasikan secara serial maupun paralel sesuai kebutuhan. Misalnya jika ingin fokus pada pengembangan bakat maka bisa dipilih Showcase Portfolio, namun pada tahun yang sama akan mengambil paket kesetaraan atau professional certificate maka Assessment Portfolio dapat digunakan pada saat yang sama. Begitupula bila punya target pengetahuan atau skill yang harus dikuasai pada tahun berikutnya maka secara paralel bisa menggunakan Learning Portfolio dstnya.

Berikut akan dibuat sebuah scenario Perencanaan Portfolio. Karena tujuan tulisan ini adalah untuk memandu orangtua kelak dalam merancang “Personalized Curriculum” dan diasumsikan tidak overlapping dengan Sekolah yang fokus pada Standar Curriculum, maka scenario perencanaan berikut yang dijadikan contoh adalah Showcase Portfolio .

Contoh Scenario Perencanaan Portfolio

1. Maksud: Untuk menyoroti kinerja dalam perkembangan aspek fitrah melalui beragam proyek atau kegiatan
2. Purpose Type: Showcase Portfolio
3. Context/Scope Type: Personal Portfolio (bukan Schoolwide Portfolio, bukan Academic Portfolio)
4. Structure: Rangkaian Proyek atau Kegiatan yang masing masing punya folder atau dokumentasi sendiri
5. Timeframe: 2 tahun
6. Standar Framework: Fitrah based Education version 7.0 (akan dijelaskan kemudian dalam contoh)
7. Major Subject to Achieved: 8 Aspects of Fitrah especially “Fitrah Bakat” and “Fitrah Keimanan”
Reflection: “Orangtua sering menekan saya untuk menambahkan lebih banyak akademik dalam program saya dan membuat stress. Saya menjadi frustasi sebab akademik bukan bakat saya…”
8. Audience: Orangtua, Maestro, Murobby, Rekan
9. Products/Artefacts/Evidence: Working Paper, Project Delivery, Lesson Learned, Project Evidence (Movie, Audio, Image)
10. Reflection Technic: Menggunakan Design Thinking atau Emisol atau Ediprot (Akan dibahas mendalam kemudian)
11. Timeline & Cost: Terlampir

Silahkan tambahkan point lainnya, seperti bagaimana mengatasi perubahan atas isu yang terjadi (corrective action), partner atau mitra yang terlibat, cara penyimpanan dokumen (hardcopy atau soft copy) dsbnya

Jangan ragu membuat perencanaan karena kita perlu untuk mengawali pembuatan Portfolo, jika ada perubahan bisa kapanpun dilakukan. Jika perencanaan selesai maka tiba saatnya untuk memulainya atau melanjutkan apa apa yang sudah dimulai namun dengan dokumentasi portfolio yang lebih baik dari sebelumnya.

Langkah 3.Membangun dan Mengorganisasi Portfolio

Selama kegiatan atau proyek atau program berlangsung maka kita mulai dapat mengkoleksi Evidence (Bukti bukti) dengan pengorganisasian yang baik. Apa yang dimaksud dengan Evidence? Bagaimana Mengorganisasikan Portofolio dengan baik termasuk pembuatan jurnal?

Langkah 3.

Membangun dan Mengorganisasi Portfolio

Selama kegiatan atau proyek atau program berlangsung maka kita mulai dapat mengkoleksi Evidence (Bukti bukti) dengan pengorganisasian yang baik. Apa yang dimaksud dengan Evidence? Bagaimana Mengorganisasikan Porttolio dengan baik termasuk pembuatan jurnal dsbnya?

Ingat bahwa perbedaan antarara standard based Portfolio di sekolah dengan Showcase Portfolio untuk orangtua adalah bahwa Standard based Portfolio atau Assessment Portfolio pada umumnya membandingkan capaian anak dengan standar atau dengan kemampuan anak lain sesuai standar. Ini banyak digunakan dalam sekolah formal yang masih berwacana prestasi akademis bukan wacana perkembangan fitrah anak.

Sementara Showcase Portfolio atau juga Learning Portfolio adalah membandingkan capaian anak pada sebuah kegiatan atau proyek dengan apa yang sudah dicapai oleh dirinya sendiri pada kegiatan sebelumnya berupa pengalaman, pengetahuan, keterampilan, sikap dll yang didapat.

Tentu dalam pendidikan yang berwacana perkembangan fitrah anak dimana tiap anak adalah manusia seutuhnya yang unik dan tidak bisa dibanding bandingkan dengan apapun maka portfolio tipe personal ini sangat sesuai.

A. Awali dengan Membuat Jurnal Kegiatan

Portfolio yang sistematis terutama yang bukan standard based, sesungguhnya baru bisa dibangun dan diorganisasi dengan baik jika pola perkembangan atau progres anak sudah nampak, biasamya di atas usia 7 tahun.

Sebelum membangun Portfolio maka sebaiknya dibuat dan dikoleksi dulu “Jurnal Kegiatan” sehingga cukup banyak dan dapat distrukturkan dalam portfolio yang lengkap.

Jadi tidak perlu sempurna untuk memulainya, mulailah dengan kegiatan yang sederhana namun seru dan berani (menurut kita), lalu dokumentasikan hasilnya dalam Jurnal Kegiatan, tentu dengan observasi dan pengamatan yang penuh empati. Makin empati makin bagus refleksinya untuk merencanakan improvement pada kegiatan berikutnya.

Dokumentasi atau Jurnal Kegiatan yang paling mudah tentu saja foto dan filmkan. Just Do It! Dokumentasi kegiatan itulah yang disebut Jurnal Kegiatan atau Jurnal Proyek sebagai bagian dari rangkaian kegiatan dalam sebuah Portfolio, dimana foto dan film nya adalah evidence atau bukti. Sebagai catatan, foto daln film ini mencakup karya anak atau produk anak dalam sebuah kegiatan.

Namun, jika selama ini lebih asik memfoto dan memfilmkan kegiatan anak namun “terlewat” memberi catatan catatan penting dalam kegiatam tsb, kini tambahkanlah dengan catatan catatan penting yang sebaiknya ada dalam sebuah portfolio. Catatan penting ini menjadi landasan untuk merancang pengalaman untuk kegiatan berikutnya.

Maka catatan catatan penting di dalam halaman sebuah Jurnal Kegiatan atau Jurnal Proyek setidaknya berisi

1. Profile Anak saat melakukan kegiatan
2. Deskripsi kegiatan
3. Tujuan kegiatan
4. Proses Kegiatan
5. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh (diskusikan dengan anak)
6. Aspek fitrah yang ditumbuhkan lebih baik dari kegiatan sebelumnya (diskusikan dengan anak)
7. Refleksi meliputi perasaan, fikiran atau tanda fisik antusias anak sebelum, ketika dan sesudah melakukannya (interview anak atau anak menuliskan sendiri)
8. Refleksi meliputi perasaan, fikiran atau tanda fisik antusias orangtua sebelum, ketika dan sesudah mendampingi kegiatan
9. Catatan dari orangtua maupun fasilitator untuk perbaikan penyelenggaraan kegiatan (perencanaan, safety, apa yang terlewat dll)
10. Usulan atau rencana rancangan kegiatan berikutnya, mana yang perlu diimprovisasi (diskusikan dengan anak)
11. Bukti (Evidence) berupa foto, film, karya, produk dstnya
12. Dstnya,

Silahkan berkreasi sesuai kebutuhan anak

Berikutnya simpanlah rangkaian Jurnal Kegiatan atau Journal Proyek ini dalam “folder” baik hardcopy atau softcopy/elektronis secara runut dan terstruktur

B. Bangun Portfolio Berdasarkan Koleksi Terpilih Jurnal Kegiatan

Ingat bahwa masing masing portfolio punya maksud (purpose) berbeda, namun punya tujuan sama yaitu assessment agar menjadi landasan bagi perancangan berikutnya bukan hanya sebagai arsip semata yang sekedar mudah dicari kembali. Authentic Assessment adalah yang terbaik karena melibatkan Orangtua, Anak dan juga Fasilitator atau Maestro (jika terlibat) dalam memberikan observasi dan refleksi atas progress perkembangan anak..

Karenanya Portfolio harus dapat disajikan sesuai maksud pembuatannya dan yang lebih penting adalah bahwa semua rangkaian kegiatan atau proyek berserta catatan penting dan evidence nya kelak harus dapat ditangkap pola keunikan anak sehingga pola itu dapat dijadikan landasan untuk merancang kegiatan/proyek berikutnya, membangun Portfolio yang tergonisir kemudian akhirnya untuk merancang personalized curriculum.

Bangunan Portfolio yang Sistematis meliputi

1. Portfolio Plan (sebagaimana dibahas pada langkah 2)
2. Profile Unik Anak hasil Observasi Emphaty dalam banyak Jurnal Kegiatan sebelumnya. Profile ini sebagai “based line” atau landasan untuk pengembangan atau improvisasi, karenanya harus berisi potensi exisiting meliputi aspek Talent, Attitude, Skill & Knowledge yang dikuasai termasuk semua aspek fitrah.
Pada akhir periode pembuatan Portfolio, maka Profile ini berisi update progress perkembangan yang akan menjadi “based line” bagi portfolio plan berikutnya.
3. Koleksi dari Jurnal Kegiatan atau Jurnal Proyek selama periode pembuatan Portfolio, tentu setiap jurnal beserta evidence dan hasil observasi dan refleksinya

Kemudian bagaimana teknik observasi atau refleksi yang baik?

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
#fitrahbasededucation
#portfoliofitrah
#portfolio

Jumat

Komunikasi Produktif#10

Komunikasi Produktif #9

"Apakabar emak? Sukses apa kemarin? Masih  seringkah terjadi kehebohan karena masalah komunikasi di dalam rumah? "

Pertanyaan ini terus terngiang-ngiang setiap kali mau tidur. Menjadi semacam muhasabah terhadap diri sendiri. Apa saja yang sudah berhasil saya taklukan dan mana saja yang masih harus banyak diperbaiki?

Selama hampir 15 hari menjalani game tantangan Komunikasi Produktif, harus saya akui masih banyak yang perlu terus Istiqomah diperbaiki. Beberapa kali saat tubuh sudah sangat letih dan anak2 tidak bisa bekerja sama, seringkali intonasi emak meninggi. Jika suami sedang di rumah, emak bisa ngadem sebentar dan urusan anak2 diserahkan ke Abinya. Tapi, jika suami masih di kantor, anak2 rewel semua, fisik saya pun lelah, maka jiwapun bisa ikutan lelah.

Berusaha dengan sangat agar emosi jiwa bisa stabil, dengan cara meningkatkan ruhiyah serta kepedulian dari suami. Dua hal ini sangat berbanding lurus dengan kestabilan emosi bagi saya. Jika ruhiyah saya menurun, emosi jiwa juga akan meletap meletup susah dikontrol. Begitu juga dengan keharmonisan dengan suami. Suami jadi tempat saya mencurahkan semua kata. Cukup menyediakan telinga dan bahu nya saja sudah membuat batin saya tenang.

Komunikasi Produktif#8

Sejak mulai mama didiagnosa Gagal Ginjal Kronis dan sudah harus mulai rutin cuci darah atau Hemodialisa (HD),sudah menjadi  aktivitas rutin kami mengantar mama ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) sebanyak 2 kali setiap Minggu, itu diluar jadwal kontrol ke SPPD dan ke BTKV, serta mengambil rujukan ke FTKP.

Dalam bulan ini saja sudah tidak terhitung berapa kali kami bolak balik ke rumah sakit. Lelah fisik pasti. Apalagi Setiap pergi ke RS pasti rombongan dengan 5 krucils yang semua masih Balita, dengan kehebohan yang pasti susah untuk diredam.  Walaupun sudah berulang kali disounding di rumah diwaktu-waktu ketika sedang tenang dan sesaat sebelum pergi, tetapi yang namanya anak2 pasti butuh bereksplorasi. Sangat tidak mungkin mengajak mereka untuk tenang berjam2 dalam satu waktu. 

Seperti hari Jumat kemarin, seperti biasa saya dan kakak mengantar mama kembali untuk HD di RSBK. Tak ketinggalan 5 krucils pasti ikut, karena tidak ada saudara/keluarga yang bisa menemani mereka dirumah. Beginilah resiko hidup dirantau yang jauh dari keluarga besar. Jadi mau tidak mau ke 5 krucils terpaksa kami bawa setelah di sounding berkali-kali seperti biasanya agar disana bisa bersikap tenang serta tidak menggangu kenyamanan orang lain dengan tingkah laku kita.

Alhamdulillah si Sulung sudah sangat bisa bekerja sama. Walaupun akhirnya, karena bosan dan lelah, dia juga tidak tahan hanya duduk diam saja. Apalagi bagi anak yang bertipe kinestetik seperti si sulung. Duduk tenang selama satu jam saja sudah prestasi, lha kalau selama 4 jam, piyekabare? Sebenarnya emak faham, gak mungkin memaksa mereka tidak membuat keributan. Lari-larian, kejar-kejaran, ketawa ketiwi tak terhindarkan juga akhirnya. Dan ini sukses membuat kami jadi pusat perhatian. Bagaimana tidak, Rumah Sakit berubah menjadi Taman Bermain. Haha..

Awalnya emak masih mencoba mengatur intonasi suara. Mengajak mereka agar tidak 'terlalu' ribut. Tapi lama kelamaan, karena si Baby yang juga rewel, badan yang semakin lelah, sukses emosi dan intonasi emak tak terkontrol.
Dan ini sukses membuat si sulung sedih dan berkata " Ummi, kenapa gitu ngomong sama anaknya, ummi Marah2 sama anaknya". Hiks, emak kelepasan. Rasanya juga pengen nangis. Emak terlalu berharap berlebihan sama anak seusia mereka. Padahal jika emak jadi mereka, emak juga gak bakalan tenang duduk tenang hanya bisa mewarnai dan menggambar saja.

Maafkan ummi neuk, saat ini kita belum punya pilihan lain. Kita harus bersabar, sambil terus berdoa agar Allah berikan yang terbaik buat nenek. Kita sama-sama saling bantu ya neuk.

Komunikasi Produktif #7

Banyak yang nanya, "punya anak2 dengan usia berdekatan, kecil-kecil dan laki-laki semua lagi, rumah sering heboh gak mbak?"






Haha..dapat pertanyaan begini emak seringnya tersenyum penuh arti. Bukan sering lagi kalau ditanya heboh, tapi emang selalu heboh. 
Dirumah kami, rumah sepi dan tenang hanya saat malam hari ketika anak2 tidur saja.
Ada saja kehebohan yang mereka lakukan ketika dirumah. Selama itu tidak membahayakan dan mereka mau bertanggung jawab setelah melakukan kehebohan, silahkan saja. Emak gak bakalan ngelarang. Kecuali, kalau di tempat umum, emak bakalan negur jika mereka membuat kegaduhan jika itu bisa menganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain. Misalnya di Mesjid, Rumah Sakit, Rumah makan, atau tempat umum lainya.

Kalau ditanya mereka lebih sering akur atau berantem? Sering mana ya?haha...kalau direnungi, sebenarnya mereka lebih sering akur daripada berantem. Mereka akan sangat kompak dalam melakukan projek bersama. Tetapi kalau udah berantem dan rebutan, rumah akan lebih heboh dari biasanya. Seperti hari ini , tiba2 Si Adek ngadu sambil setengah menangis ketika emak sedang nyusui Baby Hamzah, "Mi, abg gak  mau gantian naik ayunannya, Bla..Bla..bla."
Penyakit suka ngadu ini harus segera emak atasi. Ternyata selama ini emak salah bersikap ketika anak-anak mengadu tentang sesuatu hal  persoalan dengan saudaranya . Ketika satu pihak ngadu, emak langsung panggil yang bersangkutan untuk melakukan permintaan pelapor. Ini menjadi pemicu tumbuh suburnya karakter suka mengadu dalam diri anak karena mereka menangkap bahwa cukup dengan mengadu suatu persoalan bisa segera terselesaikan dengan cepat. Ini juga PR besar emak yang harus konsisten pelan-pelan di perbaiki.

Kali ini, Ketika mendapat pengaduan seperti itu, emak berusaha tidak segera merespon saat itu juga aduan anak jika memang tidak urgent. Emak cuma menjawab singkat, "Terimakasih sayang udah menyampaikan ke ummi , Ammar mau main ya?"
"Iya"
" Ammar udah sampaikan sama Abang baik2 belum? "
"Tapi, abg gak mau gantian"

"Iya, coba sampaikan baik2 sama abg, Ammar juga mau main".

Setelan mengajak si adek pelan2 dan akhirnya dia mau juga menyampaikan ke abg dengan baik2, ternyata si Abang mau tukaran.

Walaupun lebih melelahkan dibandingkan dengan emak yang langsung turun tangan menyuruh gantian, tapi mereka bisa belajar banyak dari sini. Belajar menyelesaikan masalahnya sendiri dulu, belajar menyampaikan keinginan dan gagasan kepada pihak lain, belajar Komunikasi Produktif agar tujuan dari komunikator tercapai dan dipahami oleh lawan bicaranya.

Bukan hal yang mudah memang merubah kebiasaan dan karakter yang sudah terbentuk, tapi tidak ada kata tidak mungkin. Konsistensi ini yang dituntut. Alhamdulillah Pelan tapi pasti bisa lebih baik dan semakin baik.

Selasa

Tantangan 5 Tahun pertama pernikahan


     Sejak dulu sebelum menikah saya suka takjub ketika melihat pasangan kakek nenek yang tetap mesra dan penuh kasih sayang diusia senja mereka walau bagaimanapun kondisi mereka. Mereka telah berhasil melewati tantangan demi tantangan ( setelah Belajar komunikasi produktif, berusaha mengganti ganti kata masalah dengan tantangan 😊) dalam kehidupan pernikahan mereka. Ditengah banyak pasangan muda yang usia pernikahannya masih seumur jagung tapi sudah harus berpisah (cerai) dengan berbagai alasan yang ternyata sangat sepele dan masih bisa diperbaiki jika mereka punya motivasi kuat untuk mempertahankan mahligai rumah tangga. Hal-hal seperti ini sangat membuat saya bersedih, apalagi jika pasangan muda itu adalah orang-orang saya kenal walaupun sepintas dan sudah memiliki anak. Saya membayangkan bagaimana nasib anak tersebut tumbuh dalam keluarga yang broken home. Pasti sangat tidak nyaman.

Beberapa kali saya dan suami mendapati curhat via Chat atau kedatangan pasangan muda yang sedang bermasalah dalam pernikahannya serta meminta pendapat solusi permasalahan mereka. Sebenarnya merasa tidak pantas karena ilmu kami yang masih sangat sedikit dan pengalaman pernikahan yang juga baru saja melewati usia 5 tahun. Tapi, karena rasa sedih melihat banyaknya mahligai rumah tangga yang baru dibangun kerap hancur dalam hitungan tahun bahkan bulan, membuat saya dan suami berusaha mengambil peran sekecil apapun yang kami mampu untuk membantu pasangan-pasangan muda agar mampu mempertahankan pernikahan mereka,minimal melewati tantangan 5 tahun pertama pernikahannya. Berbekal pengalaman melewati 5 tahun pertama pernikahan kami, saya ingin berbagi agar semakin banyak sahabat-sahabat yang juga mampu melewati tantangan tahun demi tahun dalam pernikahan mereka sehingga kita semua bisa sehidup sesurga bersama pasangan dunia akhirat kita πŸ˜‰
Aamiin 

Seperti beberapa waktu yang lalu, sore hari ketika sedang asyik bercengkrama dengan anak-anak, saya mendapat sebuah chat dari seorang ibu muda . Beliau curhat tentang suaminya yang begini begitu. Mendapati chat tersebut saya tidak bisa banyak berkomentar, karena tidak tahu duduk permasalahannya dan sudut pandang masing-masing dari suami atau istri. Saya hanya berpesan coba bangun komunikasi yang baik. Ajak suami ngobrol ketika waktunya lagi tenang dan emosinya stabil. 
Setelah berbalas chat panjang lebar, akhirnya siistri mau mencoba beberapa saran saya. 

Dua hari kemudian, masuk kembali chat dari ibu muda tersebut, mengabarkan bahwa dia udah Lelah. Dia mau cerai saja. Gak ada lagi solusi, bahkan udah 4 kali  dimediasi oleh beberapa orang yang dipercaya tidak ada hasilnya.  Saya tercekat, subhanallah, betapa mudahnya kata cerai terucap. Saya menyuruh si ibu untuk tenang dan banyak2 istighfar dulu. Khawatir siibu sedang panas dan hembusan syaitan semakin menjadi-jadi.
Saya sampaikan untuk mengajak sang suami bersama-sama mencari jalan keluar atau solusi permasalahannya. Akhirnya dia mau untuk silaturahim ke rumah dan mengajak suaminya malam itu juga. Alhamdulillah suami saya pun malam itu sedang dirumah. 

Mulai jam 9 malam hingga tengah malam suasana mediasi diwarnai adu pendapat dan saling debat. Bahkan ketika awal bicara, sang suami langsung pesimis karena mediasi seperti ini sudah dilakukan  sebanyak 4 kali.  Setelah mendengar cerita dari masing2 sudut pandang sang suami dan sang istri, saya dan suami tersenyum. Ternyata permasalahnya adalah hal-hal yang umum terjadi dimasa awal-awal pernikahan, dan tidak jauh berbeda dari yang kami pernah alami. Tetapi karena tidak ditangani sejak awal disebabkan kurangnya ilmu tentang berumah tangga sehingga semakin blunder dan mencapai puncaknya. 

Setelah disimpulkan permasalahan diawali karena masing-masing kurang memahami karakter pasangan, perbedaan karakter laki-laki dan perempuan, latar belakang keluarga istri yang secara finansial biasa hidup berkecukupan dan suami yang terbiasa sederhana. Ekspektasi sebelum menikah dan setelah menikah yang jauh berbeda serta campur tangan terlalu dalam pihak keluarga suami dalam urusan rumah tangga mereka. Alhamdulillah setelah diurai satu persatu dan dicari solusinya, menguatkan kembali tujuan awal pernikahan, mendengar harapan dari/ke masing2,  dan komitmen ke depannya masing2 sepakat untuk memperbaiki dari awal dan mau bersabar dengan proses.

Setelah kira-kira seminggu dari acara mediasi, kami coba menanyakan kabar mereka kembali, dengan tersenyum mereka menjawab baik dan sedang berproses semakin baik. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang Maha membolak-balik balikkan hati. Semoga ikatan pernikahan mereka dan kita semua berkekalan hingga ke surga. Aamiin




Banyak penelitian mengungkapkan bahwa 5 tahun awal pernikahan merupakan masa terberat dalam sebuah rumah tangga. Mengutip dari majalah Ummi, Inilah beberapa penyebab terbanyak : 

1. Sulit beradaptasi dengan pasangan
Kebiasaan-kebiasaan yang berbeda biasanya menjadi pemicu konflik di antara pasutri. Misalnya kebiasaan pasangan menaruh barang sembarangan, kebiasaan pasangan tidur mendengkur, menaruh botol kosong dalam kulkas, menghidupkan lampu di saat tidur, makan dengan cara berdecak dan berisik, bahkan hal sepele pun bisa menjadi sumber ketidaknyamanan di tahun awal pernikahan.

2. Masalah keuangan

Pasca pesta pernikahan, biasanya tabungan sudah menipis, bahkan ada juga yang perlu membayar utang, hal ini menyebabkan pasutri merasa stress dan sensitif. Kebanyakan uang merupakan penyebab pertikaian terbesar dalam rumah tangga.

Buatlah proritas keuangan dan perencanaan untuk mengurangi masalah ini. Pikirkan mengenai anggaran tiap bulannya, tabungan, tunjangan kesehatan, juga investasi untuk pendidikan anak.

3. Ekspetasi berlebih
Banyak yang merasa berat di awal pernikahan karena terlanjur memiliki ekspektasi berlebih sebelum menikah.
Bagi laki-laki, menikah berarti ada yang menyediakan makanan sebelum berangkat kerja dan setelah pulang kerja. Ada yang memberikan pijatan ketika lelah. Ada senyuman manis tiap kali bangun tidur dan sesaat sebelum tidur.
Bagi perempuan, menikah berarti ada yang memberi uang jajan tiap bulan. Ada teman yang mau mendengarkan segala curhat dan keluhan. Ada yang memuji segala yang dilakukan.
Ketika ekspektasi ini tidak terwujud, maka timbul kekecewaan, bahkan bisa jadi pertengkaran yang menyebabkan masalah dalam rumah tangga.

4. Sukar melepaskan gaya hidup lajang
Kebiasaan hang out bareng teman-teman, beli pernak-pernik lucu yang sebenarnya tidak penting, menghamburkan uang gaji untuk senang-senang, sulit move on dari gaya hidup semasa lajang tentu saja bisa menjadi salah satu penyebab seseorang merasa tahun awal pernikahan begitu berat.
Kecuali bagi mereka yang sudah terbiasa mandiri, menghadapi kerasnya kehidupan, biasanya pernikahan justru menjadi berkah luar biasa karena pintu rezeki seakan terbuka lebar.

5. Masalah Mertua dan ipar
Masalah mertua dan ipar juga menjadi faktor terasa beratnya kehidupan awal pernikahan. Tentu saja hal ini dapat diantisipasi dengan belajar menjadi menantu yang mampu merendahkan hati dan merebut hati mertua sejak sebelum pernikahan berlangsung. Masing-masing pihak suami dan istri juga harus bisa menjadi Public Relation untuk masing kelurga.

7. Masalah Seks
Setelah uang, masalah yang paling umum lainnya adalah seks. Oleh karena itu, bersikap terbuka dan mendiskusikan mengenai apa yang diinginkan baik oleh diri sendiri maupun pasangan dalam hal seks. Ketika kehidupan seks bahagia, makan kehidupan rumah tangga juga akan bahagia.


Demikian beberapa alasan mengapa 5 tahun awal pernikahan merupakan masa-masa terberat yang perlu dilalui para pasutri hingga mencapai kebahagiaan. Semoga bermanfaat

Tulisan ini saya buat dalam rangka arisan perdana Rumbel menulis IIP Batam yang dimenangkan oleh mb moniquefirsty21 dengan tema "Pengalaman terbaik yang menginspirasi". 


Komunikasi Produktif#6


"Ummi, Zaid boleh pangku Dede Hamzah gak?", Tiba2 si Abg bertanya

Emak kadang2 agak lebay dalam hal ini. Khawatir banget kalo di Baby yang baru 3 bulan ini kalo dipegang sama orang2 yang bukan ahlinya πŸ˜…, apalagi sama si sulung yang bahkan usianya belum genap 5 tahun ini. Huhu...

Seringnya emak bakal menolak dengan halus. Yang ternyata walau udah sehalus apapun penolakan emak, bakalan berujung kekecewaan dan kesedihan si Abg. 

Kali ini emak berusaha lebih empati. "Abang sayang ya sama Dede Hamzah, Boleh, tapi ummi bantu ya".

Dengan deg2an dan hati2,  emak mencoba meletakkan si Baby di pangkuan sang Abang. Senyum si Abang mengembang karena senang dipercaya bahwa dia bisa.

Mungkin dalam hati dia bersorak: "yeayy...saya bisa".

Walopun cuma sebentar karena si abg pegal diduduki si Baby yang BBnya melebihi 1/2 BB si Abg, tapi si abg cukup bahagia. 

Senin

Komunikasi Produktif#5

Tantangan terberat selama beberapa hari ini  ketika menjalankan Game tantangan Komunikasi produktif adalah konsisten. Ini yang perlu latihan..latihan...dan latihan berulang kali agar komunikasi yang selama ini bermasalah bisa berubah menjadi Komunikasi yang produktif. Yess...ala bisa karena biasa bukan. Mencoba taubat dari dosa2 pengasihan yang dulu pernah bahkan sering terjadi tanpa sadar akan efeknya😭

Pelan tapi pasti, Alhamdulillah sudah mulai mampu untuk berkomunikasi dengan produktif. Seperti hari ini, ketika mereka bereksperimen dan seluruh bagian rumah penuh bertebaran bahan2 eksperimen mereka, emak bisa bicara dengan tenang. 
"Wah, keren banget pelanginya. Nanti mau ditempel dimana hasil karyanya abang? " Sambil tak terlupa tersenyum dengan sangat manis..uhuuk..πŸ˜™

"Mau tempel di ruang baca ya mi",ujar si Abang 

"Oke, tapi ayo kita bereskan kekacauan ini dulu, kita bereskan bersama ya"

Alhamdulillah, tanpa harus merepet2 dan tanpa harus menaikkan oktaf suara, anak2 mau membereskan kembali semua perlengkapan bermain mereka bahkan menyapu dilanjut ngepel dengan suasana hati yang gembira tanpa merasa terpaksa dan menggurui.


Oke mak, kuncinya konsisten / Istiqomah ya Mak. 





a

Minggu

Komunikasi Produktif#4

Komunikasi Produktif” Level 1
Hari ketiga#4, 6 November 2017

Alhamdulillah, hari ini masuk hari ke #4 Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif. Emak merasa lebih waras dalam memilih diksi dan mengatur  intonasi suara, walaupun beberapa kali sempat juga kelepasan,hiksπŸ˜₯ tapi emak cepat sadar dan bisa menguasai situasi kembali. Emak udah tidak lagi menghamburkan 20.000 stok kata untuk hal-hal yang tidak penting, seperti nyerocos panjang kali lebar saat berkomunikasi dengan anak-anak. Berusaha untuk menyusun kata-kata sebagai kalimat singkat penuh makna yang mudah difahami oleh anak-anak. 

Anak belum pernah menjadi orang dewasa, tapi orang dewasa sudah pernah  menjadi anak-anak. Sehingga kita tidak bisa memaksakan anak-anak kita faham pada gaya berkomunikasi kita. Seharusnya kitalah yang harus faham pada gaya komunikasi anak-anak kita. All right? 

Tantangan terbesar komunikasi produktif saat ini dengan sisulung adalah bagaimana mengajak dia agar mampu mengontrol diri untuk tidak Meu cek-cek ( baca : nangis-nangis ketika meminta sesuatu atau di usilin adiknya). Biasanya saya kesal sama Zaid karena sikit-sikit nangis. Tetapi, Alhamdulillah, walaupun sangat kesel saya belum pernah melabel dia sebagai anak cengeng dan label -label lainnya. Sebelumnya emak sudah sering mengingatkan agar berbicara tanpa menangis. Sampaikan dengan jelas apa yang diinginkan. Ungkapkan apa yang dirasakan. Tetapi sampai saat ini hal ini masih juga berulang.

Masalah ini membuat emak kembali merenung, apa yang masih salah atau kurang saya lakukan untuk merubah kebiasaan jelek tersebut. Saya khawatir ini terbawa hingga besar dan jadi sasaran bully teman-temannya.

 Seperti tadi pagi, ketika adiknya duluan main ayunan, tiba-tiba Zaid datang minta ayunannya. Ammar nolak untuk berbagi dulu karena dia belum puas. Hal ini pun buat dia nangis dan ngadu ke emak. Biasanya emak langsung nanggapin, ngajak Ammar untuk berbagi atau menyuruh Zaid untuk bersabar sebentar lagi. Kali ini emak cukup berkata : "Terimakasih neuk, sudah kasi tahu ummi, Ayo selesaikan dulu masalahnya. Abang bisa ngomong baik-baik sama Ammar ya''. Sambil tersenyum serta  meyakinkan dia bahwa dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Bukan Zaid namanya kalo langsung menerima, haha. Tetap dibujuk dan diyakinkan berulang kali. Good job dear for today. Besok kita belajar dan latihan lagi ya 😘😘😘

Dan Ternyata Alhamdulillah berhasil..yeaaayyy. Ammar menyerahkan ayunan untuk Abang. 


KOMUNIKASI PRODUKTIF


_Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1_


*KOMUNIKASI PRODUKTIF*

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

*_KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI_*

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif. 

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

*_Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir_*

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

_Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda_

Kata  *masalah* gantilah dengan *tantangan*

Kata *Susah* gantilah dengan *Menarik*

Kata *Aku tidak tahu* gantilah *Ayo kita cari tahu*

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi. 

Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.

*_Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya_*
Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.
 Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.
*_KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN_*
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.

Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.

Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki *_Frame of Reference (FoR)_* dan *_Frame of Experience (FoE)_* yang berbeda dengan kita.

FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.

Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk *MEMBAGIKAN* yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.

*_Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA_*


Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi *MEMAKSAKAN* pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.

Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; *_bila Nalar panjang – Emosi kecil; bila Nalar pendek – Emosi tinggi_*


Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.

Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa –sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali– maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:

1. *Kaidah 2C: Clear and Clarify*

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. *Choose the Right Time*

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.
3. *Kaidah 7-38-55*

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. 

Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan “Aku jujur. Sumpah berani mati!” namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?

Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. *Intensity of Eye Contact*

Pepatah mengatakan _mata adalah jendela hati_


Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.

5. *Kaidah: I’m responsible for my communication results*


Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.
*KOMUNIKASI DENGAN ANAK*

Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik. 

*_Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy_*

Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya. 

Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.

Bagaimana Caranya ?

a. *Keep Information Short & Simple (KISS)*

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

Kalimat tidak produktif :

“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.

Kalimat Produktif :

“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. *Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah*

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh

Kalimat tidak produktif:

“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

Kalimat Produktif :

“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)

Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati. 

c.  *Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan*

Kalimat tidak produktif :

“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”

Kalimat produktif :

“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  *Fokus ke depan, bukan masa lalu*

Kalimat tidak produktif :

“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”

Kalimat produktif :

“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. *Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”*

Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. *Fokus pada solusi bukan pada masalah*

Kalimat tidak produktif :

“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

Kalimat produktif:

“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.

g. *Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan*

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.

Pujian/Kritikan tidak produktif:

“Waah anak hebat, keren banget sih”

“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

Pujian/Kritikan produktif:

“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”

“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. *Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman*

Kalimat Tidak Produktif:

“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

Kalimat Produktif:

“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. *Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi*

Kalimat tidak produktif :

“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

Kalimat produktif :

“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. *Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati*

Kalimat tidak produktif :

“Masa sih cuma jalan segitu aja capek?”

kalimat produktif :

kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. *Ganti perintah dengan pilihan*

kalimat tidak produktif :

“ Mandi sekarang ya kak!”

Kalimat produktif :

“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat.

Jumat

Komunikasi Produktif# 2

Alhamdulillah setelah hari 1 Tantangan 10 Hari Komprod, rumah bisa lebih tentram. Emak gak ngos2an dengan teriakan sana sini. Sebenarnya kuluncinya ada di emak sih,harus tenang dan bisa kontrol emosi. Ketika emosi bisa dikontrol, fikiran kita bisa jernih dalam bersikap dan bertindak. Mampu memilih diksi yang baik dan positif. Dan anak2 juga InsyaAllah tidak akan terluka hatinya dan mau melakukan apa yang kita inginkan. Sederhana sekali bukan? 

Akan tetapi, untuk bisa tenang dan mampu mengontrol emosi, perlu usaha dan kesabaran ekstra. Bagi saya pribadi, hal ini berkaitan erat dengan ruhiyah dan kebahagian. Jika ruhiyah saya lagi down, hal sederhana pun bisa berujung emosi dan marah-marah πŸ˜₯. Makanya penting agar ruhiyah tetap terjaga agar emosi jiwa juga bisa tetap stabil apapun kondisi dan tingkah anak2. 



 

Hari ini seperti janji saya kepada si sulung kemarin, untuk ngajak mereka jenguk nenek ke RS karena Alhamdulillah Baby Hamzah sudah sehat. Dari pagi mereka sudah diingatkan agar segera beres-beres, sarapan , mandi, dan menyiapkan keperluan selama disana nantinya . Alhamdulillah Abg Zaid(5y)  dan Ammar (3y) sudah mandiri dalam urusan ini. Jadi emak cukup mengingatkan saja. Walaupun biasanya kegiatan mandi dan sarapan aja, sudah bikin urat leher emak ketarik. Hari ini bisa aman tentram tanpa teriakan dan tangisan. Anak2 diajak memilih mau sarapan dulu atau mandi? Mereka miliki sarapan dulu dilanjut mandi dan beres2 keperluan . Emak bisa tenang urus di Baby.



Emak juga tidak lupa sounding ke mereka agar mau kerja sama ketika di RS nantinya. Tentunya pakai pola komunikasi produktif. Harapan emak agar nanti mereka  bisa tenang, tidak grasak grusuk dan mengganggu orang lain, tidak pegang sembarangan dan harus jaga kebersihan . 

Diperjalanan, emak kembali sounding mereka, terutama si Abg. Sepertinya si Abang faham dan tidak ada sanggahan. Beda dengan adiknya,Ammar, yang masih acuh tak acuh. Si Nomor 2 ini masih jadi PR buat emak. Tantangan selanjutnya ini 😍

Alhamdulillah, ketika tiba di lokasi, si Abg sudah mulai menunjukkan menepati janjinya. Biasanya keluar dari mobil langsung berlarian dan diikuti adiknya. Emaknya yang teriak2 khawatir ada kendaraan lewat tiba2. Kali ini dia tenang bahkan jadi alarm bagi adiknya agar tidak lari2 dan pegangan tangan. Dia yang jadi asisten emak untuk jaga ASI-nya tanpa disuruh ...MasyaAllah..Bahagianya hati emak neuk😍😍😘😘😘

Ketika besuk ke ruangan pun, si Abg juga lebih bisa mengontrol diri tidak grasak grusuk. Kembali dia jadi alarm buat adiknya. Alhamdulillah...ternyata ketika pesan disampaikan dengan pola komunikasi produktif dan memberikan kepercayaan kepada anak, maka bisa menerima pesan kita dan mereka juga akan lebih bahagia serta tertantang untuk menunjukkan bahwa dia bisa dipercaya. Good Job dear...

Alhamdulillah tantangan hari ini sukses,,bersiap menghadapi tantangan selanjutnya. Bismillah 



#hari2
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP







Rabu

Komunikasi Produktif#1 "Ayo Bicara, Sampaikan keinginanmu"

Aha..tantangan komunikasi produktif dimulai. Awalnya emak bingung mau mulai darimana. Saking banyaknya yang harus diperbaiki. Pola asuh tradisional dari orangtua yang sudah melekat dalam diri harus benar-benar diubah. Ada 13 pola komunikasi tradisional yang tanpa sadar terbawa hingga saat ini saya menjadi ibu. Diantaranya adalah memerintah, memberi label, menceramahi, menghibur, membandingkan, menyalahkan,dll. Butuh latihan dan keistiqomahan agar komunikasi produktif bisa diaplikasikan. Yah..inilah tantangan. Mari kita taklukkan .

Hari pertama tantangan Komunikasi Produktif, saya dihadapkan dengan kondisi rumah masih berantakan, cucian dan setrikaan menggunung, anak-anak yang belum beberes (makan, mandi, dll) dan sikecil yang rewel mau dikeloni. Dan Hari ini juga adalah hari jadwal kontrol ibu ke RS untuk menjalani bedah pemasangan cimino untuk HDnya. Kebayang kan gimana ruwetnya? Haha

Dalam suasana seperti ini akan gampang banget tersulut emosi apabila tingkat kewarasan tidak dijaga. Ketika emosi sudah tersulut, maka emak gak akan bakalan bisa mengontrol pilihan kata dan intonasi yang akan keluar. Sasarannya tidak lain dan tidak bukan adalah anak2 polos yang tak berdosa itu. Hiks..maafkan emakmu ini anak-anakku 😭

Tapi, hari ini beda. Karena emak sudah mengunyah dan mencerna materi Komunikasi Produktif dengan sangat baik,Alhamdulillah emak masih bisa menjaga kewarasan.

Ketika si Sulung ngotot ingin ikut ke Rumah Sakit, ditambah tangisan dan celotehan yang keluar, emak bisa stay cool ngadepinnya.

Kalo sudah menginginkan sesuatu biasanya si Abang akan keluarin jurus andalannya, menangis atau minta beli ini itu. Dan biasanya si Abi akan mengikuti kemauannya daripada harus mendengar dan melihat dia menangis serta marah2 sepanjang waktu. Padahal jelas ini bukan penyelesaian dari masalah. ( Alhamdulillah sekarang udah gak lagi, tapi merubah karakter yang sudah melekat butuh waktu)

Menghadapi celotehan panjangnya kali ini emak tetap tenang. Mencoba mendengar dan memahami perasaannya.

Mendekati anak, memberi tatapan dan senyuman lembut, dan berkata :
" Abang sedih ya tidak diizinkan ikut ke RS?, Yuk cerita sama ummi"

Bla..Bla..Bla..mengalirlah alasan si Abang dan Alhamdulillah mau mendengar dan diakhiri dengan damai.


#Hari1
#Tantangan10hari
#KomunimasiProduktif
#KuliahBunsayIIP



J8 : Temukan Buddy-mu

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulilah memasuki pekan terakhir di kelas Ulat-Ulat. Banyak pengalaman dan ilmu baru selama hampir 2 bulan be...