Jumat

Komunikasi Produktif#8

Sejak mulai mama didiagnosa Gagal Ginjal Kronis dan sudah harus mulai rutin cuci darah atau Hemodialisa (HD),sudah menjadi  aktivitas rutin kami mengantar mama ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) sebanyak 2 kali setiap Minggu, itu diluar jadwal kontrol ke SPPD dan ke BTKV, serta mengambil rujukan ke FTKP.

Dalam bulan ini saja sudah tidak terhitung berapa kali kami bolak balik ke rumah sakit. Lelah fisik pasti. Apalagi Setiap pergi ke RS pasti rombongan dengan 5 krucils yang semua masih Balita, dengan kehebohan yang pasti susah untuk diredam.  Walaupun sudah berulang kali disounding di rumah diwaktu-waktu ketika sedang tenang dan sesaat sebelum pergi, tetapi yang namanya anak2 pasti butuh bereksplorasi. Sangat tidak mungkin mengajak mereka untuk tenang berjam2 dalam satu waktu. 

Seperti hari Jumat kemarin, seperti biasa saya dan kakak mengantar mama kembali untuk HD di RSBK. Tak ketinggalan 5 krucils pasti ikut, karena tidak ada saudara/keluarga yang bisa menemani mereka dirumah. Beginilah resiko hidup dirantau yang jauh dari keluarga besar. Jadi mau tidak mau ke 5 krucils terpaksa kami bawa setelah di sounding berkali-kali seperti biasanya agar disana bisa bersikap tenang serta tidak menggangu kenyamanan orang lain dengan tingkah laku kita.

Alhamdulillah si Sulung sudah sangat bisa bekerja sama. Walaupun akhirnya, karena bosan dan lelah, dia juga tidak tahan hanya duduk diam saja. Apalagi bagi anak yang bertipe kinestetik seperti si sulung. Duduk tenang selama satu jam saja sudah prestasi, lha kalau selama 4 jam, piyekabare? Sebenarnya emak faham, gak mungkin memaksa mereka tidak membuat keributan. Lari-larian, kejar-kejaran, ketawa ketiwi tak terhindarkan juga akhirnya. Dan ini sukses membuat kami jadi pusat perhatian. Bagaimana tidak, Rumah Sakit berubah menjadi Taman Bermain. Haha..

Awalnya emak masih mencoba mengatur intonasi suara. Mengajak mereka agar tidak 'terlalu' ribut. Tapi lama kelamaan, karena si Baby yang juga rewel, badan yang semakin lelah, sukses emosi dan intonasi emak tak terkontrol.
Dan ini sukses membuat si sulung sedih dan berkata " Ummi, kenapa gitu ngomong sama anaknya, ummi Marah2 sama anaknya". Hiks, emak kelepasan. Rasanya juga pengen nangis. Emak terlalu berharap berlebihan sama anak seusia mereka. Padahal jika emak jadi mereka, emak juga gak bakalan tenang duduk tenang hanya bisa mewarnai dan menggambar saja.

Maafkan ummi neuk, saat ini kita belum punya pilihan lain. Kita harus bersabar, sambil terus berdoa agar Allah berikan yang terbaik buat nenek. Kita sama-sama saling bantu ya neuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

J8 : Temukan Buddy-mu

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulilah memasuki pekan terakhir di kelas Ulat-Ulat. Banyak pengalaman dan ilmu baru selama hampir 2 bulan be...